28.3.11

Be Somebody

Maestro, katanya artinya adalah mereka yang berhasil menoreh ‘warna’ dalam dunianya. Dia dedicated, setia pada profesinya. Apakah dia penyanyi, apakah dia pelukis, pemahat, pematung, seniman besar, ilmuwan dll dll dll
Dia bukan sekedar ‘tukang’, mengerjakan keahliannya hanya sebatas teknis. Meskipun hal teknis itu untuk mencari nafkah sehingga ia setia pada profesinya, dan menjadi professional, tapi kalau tukang seperti itu, dia bukanlah seorang maestro. Dia Cuma tukang yang bertahan hidup dengan keahliannya.
Dia bukan sekedar tukang pemain sinetron, dia bukan tukang melukis, tukang mencipta lagu, tukang politik, tukang mengajar, tukang meneliti, tukang mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Be somebody.
Somebody yang dedicated kembali pada esensi pekerjaan. Artinya, kualitas bukan kuantitas. Be somebody yang mencipta, bukan meniru. Be somebody yang karyanya membuat orang mengenali apa yang dimilikinya, meskipun sederhana, namun mampu menyumbangkan sesuatu kepada dunia. Apakah itu lukisan, apakah itu lagu, apakah itu seni peran, apakah itu talenta suara, apakah itu hasil studi, tulisan yang dll dll

Be somebody .
Somebody yang maestro.
Somebody yang pioneer.
Somebody yang jadi panutan.
Somebody yang unik.
Somebody yang special.

Uang? Kemasyhuran? Datang dengan sendirinya, bukan tujuan utama.
Bisa internasional. Bisa nasional. Bisa local saja. Bisa di lingkungan keluarga saja. Bisa tidak dikenal siapa-siapa. Tetapi, jelas TUHAN pasti tahu itu, dan hadiah paling istimewa akan diperolehnya, NANTI, KELAK.

ADILUHUNG,
Itu konon katanya hasil karya mereka yang maestro.
Bukan yang rumit, malah yang sederhana.
Sederhana tetapi bukan ala kadarnya. Sederhana, bukan ‘Cuma segitu saja’. Karena, sederhana yang concise, matang, membuat orang berpikir, terpana, menyadari sesudahnya, dan kagum.
Meskipun akhirnya ia tidak pernah dikagumi. Tidak pernah dikenal. Tapi, dalam hidupnya, ia sukses besar.

Dengar, nak.
Kadang itu tidak bisa diikuti dengan kemasyhuran, karena waktu terlalu pendek. Karya maestro adalah karya seumur hidup, cerminan perjalanan panjang kehidupan sang somebody. Dia berusaha berbuat sebaik-baiknya.
Padahal, kalau masyhur yang mau dikedepankan, strateginya beda. Cari jabatan dulu, cari posisi dulu biar orang lihat aku adalah somebody, baru tunjukkan karya. Aku bikin partai dulu, biar orang dengar aku, dan tahu aku adalah somebody yang bersih tidak korupsi, mengedepankan kepentingan rakyat. Salahkah? Mungkin tidak.
Tapi, esensinya adalah bahwa sang maestro mungkin saja datang tidak melalui jalur itu. Ia menoreh tapak dibelakangnya dengan keberanian berproses dengan sederhana, konsisten. 

Kalau dia pendidik, dia konsisten menunjukkan value pendidiknya.
Kalau dia peneliti, dia mengajarkan nilai kualitas hasil dan kejujuran, bahwa hasil harus dinikmati beneficiary.
Kalau dia artis sejati, dia bermain dengan prima, bukan untuk cari uang sebanyak-banyaknya.
Siapapun kita, di mata Tuhan, somebody yang terbaik adalah dia yang sepanjang hidup berproses dalam nilai yang diridhoiNya. Ya kan? Nilai itu mungkin saja hanya terlihat, tidak menjadikannya termasyhur. Mengajarkan pada masyarakat dengan nilai yang diikuti individu ternyata tidak mudah. Kita maunya serba instant. Akhirnya kita disetir oleh hedonisme. Yang mudah terlihat. Apa? Kaya, sukses, termasyhur, disegani, berkuasa, banyak hasil karyanya meskipun tidak prima.
Katanya yang bagus: “sedikit tetapi terkuasai, lebih baik. Sedikit tetapi bermanfaat, lebih baik lagi. Sedikit tetapi berkualitas, engkau adalah somebody.”

Lalu, kita ini apa? Siapa?
Kita semua pada umumnya adalah tukang.
Tukang mendidik, tukang mengajar, tukang meneliti, tukang bikin program studi biar banyak mahasiswa dan banyak pemasukan, tukang cari uang (meskipun wajib cari nafkah menghidupi keluarga), tukang menyanyi, tukang main sinetron, tukang melukis, tukang politik, tukang memimpin, tukang ibu rumah tangga!!! Kamu mungkin tukang mahasiswa, asal lulus dapat gelar selesai.

Aku siapa?
Aku masih level tukang.
Sebagai pendidik, pengajar. Sebagai peneliti. Sebagai ibu rumah tangga. Sebagai istri. Sebagai hamba Allah.
Aku sangat tidak professional.
Aku bukan maestro.
Aku belum jadi somebody.

Apa yang harus kulakukan?
Berusaha. Konsisten. Berjuang.
Maju tapi tetap tawadu. Mampukah aku? Jelasnya sih lupaaaa melulu, tidak kenal diri sendiri

Ternyata syusyahhhhhhhhhhhh, nak.
Tapi selama ada harapan, di situ ada peluang. Tuhan masih memberi umur dan kesehatan.
So, wake up. Be somebody.

----Dedicated from my teacher, my inspiration, my Mother.

No comments:

Post a Comment